Jumat, 22 Juni 2012

Jauh di kaki jauh di mata (Simbuang Miallo)

Daerah Terpencil Butuh Uluran Tangan

Catatan Perjalanan ke Kecamatan Mappak Kabupaten Tana Toraja
TCN.com, MAPPAK — Daerah pedalaman umumnya menyimpan berbagai potensi atau kekayaan yang belum terjamah dengan baik. Banyak kekayaan yang biasanya terpendapam seperti alam yang indah, kekayaan budaya, kekayaan hubungan kekerabatan yang cukup kental, seni budaya, adat istiadat, dan berbagai kekayaan lainnya.
http://torajacybernews.com
 
  1. Jalan penuh tantangan
    Untuk menuju Simbuang dan Miallo diperlukan tenaga dan nyali yang kuat. Berangkat dari Rantepao  jam 10.00 pada tangggal 4 Agustus 2010 dengan naik ojek dengan biaya Rp. 200.000,- ditambah uang makan dan juga makan untuk tukang ojek, sampai di Sima pada jam 19.00 dan sebagian besar perjalanan di guyur hujan. Di perjalanan terkadang kita harus yang mengangkat motor karena kondisi jalan yang tidak ada bedanya kubangan kerbau.
    Inilah yang membuthkan tenaga ekstra dan juga nyali yang tinggi apalagi jalanan ke Simbuang penuh dengan jurang dan lumpur. Begitu juga kalau dari Sima melanjutkan perjalanan ke Miallo dengan kondisi jalanan yang juga jukup menantang serta biaya Rp. 150.000,- sekali jalan dengan waktu tempuh 3-5 jam tergantung kondisi jalan dan situasi.  Sedangkan dari Miallo ke Sibanawa biaya ojek pada musim hujan antara Rp. 75.000,- - Rp. 100.000,-, jadi tergantung kondisi jalan, begitu juga waktu tempuh 1-2 jam. Dari Sibanawa menungguh mobil dari Mamasa ke Toraja lewat Polewali, Pinrang dan Enrekang.
    Perlu perhatian
    Kalau kita melihat potensi di Klasis Simbuang dan Simbuang Barat, maka amat banyak masalah tetapi juga banyak potensi yang perlu mendapat perhatian. Jadi hal-hal inilah yang kiranya diberi perhatian, dan jangan datang membawah program sesuai dengan keinginan bagi mereka yang ingin membantu atau mendampingi masyarakat di sana, tetapi perlu mengembangkan berdasarkan potensi lokal, merencanakan program secara partisipatif dengan masyarakat di sana.
    Jadi kita dalam pembinaan itu bersifat pendampingan sehingga kita hanya bersikap mendampingi masyarakat dalam mengembangkan potensi dalam bentuk program kegiatan, dan jangan kita datang membawah program, tetapi kita datang untuk mendampingi masyarakat untuk mengenal masalahnya, potensinya dan merencanakan program apa yang harus dibuat untuk mengatasi persoalan atau masalah yang dihadapi masyarakat berdasarkan potensi lokal.
    Sumber :

    Bapak Pendidikan bagi Simbuang
    ditulis oleh: Toni
    Sempat disangka “Missing in Action”, karena tak ada komunikasi sedikitpun. Mereka masuk terlalu dalam ke pelosok Toraja. Tiga tahun kemudian dikabarkan mereka telah membuka SD, serta merintis SMP dan SMA.



    Bulan September 2005, Dominggus dan Nies berjalan meniti bukit-bukit berumput yang terjal dan menuruni lembah-lembah curam di wilayah Kabupaten Mamasa, Tana Toraja, pelosok Sulawesi Selatan yang berbatasan dengan Sulawsei Barat.
    dominggus rerung & nies yigibalom
    Tidak ada transportasi yang melintasi trek pegunungan seperti ini, mereka berdua dengan bekal seadanya, berjalan lima hari lima malam untuk sampai ke desa Simbuang, desa penghasil Kopi Toraja yang terkenal itu, sekaligus desa yang paling IDT di Tana Toraja.
    Sesekali mereka beristirahat dan tidur di tepi jalan setapak dalam perjalanan panjang itu. Perjalanan misi menuju Simbuang ini mereka lakukan setelah sebelumnya selama enam bulan mereka bergumul di satu desa terakhir di jalur yang menuju Simbuang.
    Menjelang sore di hari kelima, mereka menginjakkan kaki di garis finis, desa Simbuang. Awal dari perjalanan panjang mereka melayani, memberkati, dan membangun generasi dan masyarakat Simbuang.

    pegunungan
    Gunung dan lembah yang mereka lalui untuk sampai ke desa Simbuang



    bersama sesepu adat
    Nies diantara sesepuh adat

    Membuka SD,  Menjadi Guru Sukarela
    Simbuang dihuni oleh orang-orang asli suku Toraja yang masih kuat menjalankan agama nenek moyang mereka, Alu Todolo. Orang Simbuang bertani untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
    Di Simbuang anak-anak tidak bersekolah ketika Minggus dan Nies tiba. “Tidak ada guru,” kata mereka. Minggus dan Nies melihat hal ini sebagai jalan yang Tuhan telah bukakan bagi mereka untuk pelayanan di sana. Mereka pun membuka Sekolah Dasar dan menjadi guru sukarela yang mendidik sedikitnya 72 anak murid.



    sma simbuang
    SMA Simbuang yang dirintis

    Merintis SMP dan SMA
    Waktu berlalu, pelayanan berkembang dan mulai menampakkan buah-buahnya yang ranum. Sukses membuka SD, tidak membuat mereka berhenti sampai di situ, mereka malah merintis pendirian SMP bahkan kemudian SMA. Aktivitas mereka membangun generasi di Simbuang ini tak pelak sangat menyita perhatian dari pemerintah daerah, yang kemudian turut mendukung mereka dengan membangunkan tempat untuk sekolah.
    Di Simbuang kini ada pemandangan baru yang belum pernah ada sebelumnya.. iring-iringan anak-anak berseragam sekolah.



    smp
    SMP Simbuang yang dirintis

    panen

    desa simbuang
    Desa Simbuang terletak di sebuah lembah besar diantara perbukitan di sana. _______Terisolasi karena faktor geografis.
    the people

    laki-laki simbuang


    lembah
    Share on Facebook 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar